KONSUMERISME
DEMI EKSISTENSI
Selama tengah tahun pertama 2015, ICW memantau
308 kasus dengan 590 orang tersangka. Total potensi kerugian negara dari
kasus-kasus ini mencapai 1,2 triliun rupiah dan potensi suap sebesar 457,3
miliar rupiah. Kasus-kasus tersebut paling banyak ditangani oleh Kejaksaan
sebanyak 211 kasus (potensi kerugian negara 815 miliar rupiah dan potensi suap
550 juta rupiah). Disusul Kepolisian yang menangani 86 kasus dengan potensi
kerugian negara sebesar Rp 310 miliar serta nilai suap sebesar Rp 72 juta).
Terakhir, KPK menangani 11 kasus (potensi kerugian negara 106 miliar rupiah dan
potensi suap 395 miliar rupiah). (sumber: www.antikorupsi.org ).
Apa yang terjadi di negeri ini tentang korupsi
seperti sudah menjadi kebiasaan, kebiasaan bagi setiap orang untuk menganggap
korupsi itu halal. Korupsi Bukan hanya dilakukan pada pejabat tinggi ataupun
pimpinan perusahaan tapi juga dilakukan lapisan masyarakat bawah, tanpa kita
sadari generasi muda sudah terbiasa dengan korupsi kecil. Mulai dari mencontek
hingga konsumerisme berlebihan, negeri ini adalah negeri yang kaya jika
dimanfaatkan dengan melakukan hal yang baik dimulai dengan mengedukasi generasi
muda tentang dampak buruk dari korupsi , edukasi korupsi demi menaburkan
benih-benih baik kepada generasi penerus bangsa, bukan mengajarkan dan
membiarkan anak cucu kita hancur secara perlahan dengan menanamkan dan
membiasakan melakukan benih-benih korupsi. Orang tua berperan penting dalam
membimbing anak dalam membangun jati diri dengan tidak membiaskan konsumerisme
yang berlebihan dan terus mengingatkan untuk melakukan hal yang positif dengan
mengarahkan kepada lingkungan yang positif pula. Zaman globalisasi adalah zaman
dimana teknologi berkembang pesat pertumnuhan teknologi pun berkembang setiap
menitnya, membuat konsumen terus menerus diberi pilihan untuk memiliki
teknologi tercanggih demi eksistensi dalam kelompok sosial . dengan
konsumerisme berlebihan di kalangan generasi muda menjadikan kenutuhan semakin
banyak , dengan kebutuhan yang semakin banyak tanpa disertai dengan kontrol
keuangan yang tepat maka akan menghasilkan “besar pasak daripada tiang”
menjadikan seseorang memiliki hasrat ingin selalu memiliki teknologi dan
menghalalkan beragam cara termasuk korupsi. Hanya demi eksistensi dalam suatu
kelompok seseorang akan terus memenuhi kebutuhannya yang tidak murah bahkan
mengorbankan seluruh penghasilannya hanya demi membeli barang-barang branded
yang menjadi penentu keberadaan seseorang dalam sebuah strata sosial. Dengan
begitu seseorang merasa mendapat kepuasan sendiri dengan memiliki teknologi
maupun brand terupdate tetapi tidak berlangsung lama hanya beberapa saat karena
teknologi terus berubah demi memenuhi hasrat manusia sebagai makhluk yang tak
pernah puas. Sebagai generasi muda kita harus mampu mengontrol sifat
konsumerisme, eksistensi tidak hanya didapat dengan cara konsumerisme yang
berlebih tapi eksistensi dapat diraih dengan mengukir prestasi dibidang yang
kita geluti dan kita sukai, dalam artian dengan melakukan hal positif kita
dapat menghindari benih-benih korupsi dengan tidak melakukan konsumsi yang
berlebih yang dapat mengakibatkan korupsi dapat terjadi. Mulai dari diri
sendiri, keluarga, dan masyrakat kita wujudkan generasi muda Indonesia bebas
korupsi dengan mengubah konsumerisme dengan meraih prestasi setinggi mungkin
tanpa disadari kita juga akan mengeksistensikan diri kita ketika kita mengukir
prestasi.
Komentar
Posting Komentar