Hari kedua di kota croissant, terbangun dipagi yang gelap untuk sholat subuh sebelum memulai kegiatan. Dingin cuaca paris menyerbak bak batu es, 11 derajat kulihat di smartphoneku, Suasana masih gelap ketika aku siap padahal sudah menunjukkan 07.00 am, wajar karna perbedaan waktu yang cukup jauh dari Indonesia, 6 jam lamanya. Kami bertiga mempersiapkan amunisi untuk mempresentasikan topic kami sebaik mungkin, Suasana Pagi di paris sungguh nikmat, lalu lalang manusia semakin ramai, Kendaraan yang melintas juga tak semacet di ibu kota. Ya karna moda transportasi disana sudah memadai mulai dari bus, EV, hingga metro. Jarak ke Forum IEA hanya selemparan batu yang lempar berkali-kali maksudnya,haha. Kurang lebih 500 meter hingga sampai di IEA Paris. Melewati bangunan super cantik, decak metro lalu lalang, begitupun warga paris selalu fashionable.
Penulis di depan IEA HQ, Paris.
Sesampai kami di IEA HQ kami langsung di sambut Kierran, Diajaknya kami kembali berkeliling kantor di pusat kota Paris untuk menyapa beberapa karyawan dan mengenalkan delegasi Indonesia yang bertandang ke IEA Paris.
Pemandangan dengan latar menara Eiffel dari IEA HQ.
Sampailah kami di salah satu ruangan yang berlatar langsung menara Eiffel sebagai tempat Forum dan Presentasi kami. Sambil mempersiapkan presentasi kami kami menikmati pemandangan yang ada disetiap sudut kota paris, Pintu masuk berdenyit masuklah Chief Economic IEA HQ Paris yang bergabung bersama kami.
Sambutan Chief Economic of IEA HQ Paris.
Beliau memberikan kata sambutan dan membuka Forum di Hari Pertama kami. Pesan yang tersirat adalah Kami sangat senang menerima delegasi Indonesia untuk datang ke IEA dalam IEA Forum yang juga mempererat kerjasama antara Indonesia dengan IEA.
Forum kembali di lanjutkan, Abang mendapatkan kesempatan pertama untuk memaparkan presentasi mengenai Potensi Energi Terbaharukan dan Pemberdayaan pemuda di Indonesia dengan Judul "The Synergy to Built the Country".
BangYog saat memaparkan Presentasi.
Perkembangan EBT di Indonesia masih harus di kembangankan dan kita masih harus terus memperbaikinya, Terutama dalam membuat regulasi yang effisien dalam pembangunan energy terbaharukan. Ini juga menjadi PR kita bersama untuk terus membuat program yang baik dan berkelanjutan. Dalam Salah satu presentasi saya, saya menguatkan kerjasama dalam membangun pembangunan berkelanjutan dengan mengutamakan 4 elemen penting:
Pertama "Government", Bekerjasama dengan pemerintah sebagai pembuat regulasi, Dengan kerjasama dan masukan langsung yang berkesinambungan kita dapat membuat regulasi yang sesuai dengan kondisi pasar dan masyarakatnya.
Kedua "Society", Masyarakat memegang peranan penting dalam pengaplikasian regulasi, Proses demokrasi Indonesia yang berlandas atas suara rakyat yang menjadi suara yang menentukan membuat regulasi yang baik adalah regulasi yang mensejahterakan rakyatnya. Society menjadi garda terdepan dalam pemanfaatan energy terbaharukan, dengan meningkatnya pengguna energy terbaharukan rasio elektrifikasi dalam penggunaan energy terbaharukan di Indonesia akan meningkat.
Ketiga "Youth", Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2025 yang artinya lebih dari 60% populasi di Indonesia adalah anak muda usia produktif yang di persiapkan untuk menjadi penerus bangsa. Ini jadi kesempatan kita untuk menjadikan anak muda tonggak dalam kerjasama dalam membangun energy berkelanjutan di Indonesia, Menjadikan anak muda sebagai inovator yang menggerakkan masyarakat dalam peningkatan penggunaan EBT dan Anak muda dapat mengambil peranan penting dari bonus demografi ini serta menjadikan regulasi yang sebelumnya menjadi lebih baik.
Keempat "Non Government Organization/ Community", NGO bertindak sebagai fasilitator antara masyarakat, anak muda dan pemerintah. NGO juga sebagai wadah untuk membuat program-program berkelanjutan yang pro rakyat.
Dengan adanya kolaboraksi antara 4 elemen penting ini dimulai dari pemerintah sebagai pembuat regulasi, Masyarakat yang memonitor regulasinya, anak muda sebagai penerus generasi pemimpin bangsa, dan NGO sebagai fasilitator antara ketiganya akan menciptakan sinergi yang menjadikan tujuan Indonesia untuk mencapai 23% bauran energy terbaharukan tercapai pada tahun 2025.
Slide Presentasi #BangYog.
Presentasi selesai dan kami melanjutkan diskusi panjang hingga sore hari, Pemaparan materi mengenai regulasi, pemanfaatan, dan perkembangan energy dari seluruh dunia disampaikan par professional dari IEA Paris. Pandangan dari berbagai Negara mulai dari New York, India, Rusia, Jepang, Australia, Eropa dan banyak lagi di paparkan. Indonesia masih harus banyak belajar dan memperbaiki regulasi dalam penggunaan dan pemanfaatan Energi Terbaharukan.
Pemaparam presentasi dari Proffesional International Energy Agency Paris.
Sebagai anak muda saya masi harus belajar banyak khususnya dalam pengembangan energy terbaharukan di Indonesia. Pertumbuhan dan investasi energy terbaharukan di Indonesia baru 0.4% jauh di banding Negara eropa yang sudah >60%. Ini tugas kita bersama untuk menjadikan Indonesia yang kaya SDA menjadi lumbung energy terbaharukan dunia dan dengan berkolaboraksi bersama kita bisa mencapai sinergi untuk membangun Indonesia pemimpin dalam energy terbaharukan.
Forum IEA Paris di hari pertama di tutup dengan makan di restoran di sudut kota paris sambil menikmati suasana dinginnya kota Paris, Perancis. Bersantai di setiap sudut kota paris begitu menyegarkan setelah melalui tensi presentasi yang menarik hingga menghirup suasana kota mode dan menikmati coklat panas dan makanan khas paris di restoran dekat jalan utama tepat di pengkolan paris.
Komentar
Posting Komentar