Langsung ke konten utama

CAHAYA UNTUK PEPERA

Hallo Bosku!
Semoga hari ini kita semua di beri keberkahan untuk merasakan hangatnya matahari pagi, Sejuknya udara yang kita hirup, dan Terangnya cahaya yang memudarkan kegelapan di malam hari.
Sobat, Ketika abang menceritakan program berbagi terang yang abang dan tim lakukan serta mengisahkan ekspedisi menuju ke pedalaman hutan kalimantan tentu sobat tahu di sana jauh akan gemerlap cahaya, jauh akan gemerlap hiruk pikuk suasana ramainya malam, tetapi semua itu tidak lagi terjadi ketika Program Berbagi terang telah menyalurkan Cahaya ke Desa semeriot pedalaman Kalimantan Utara berupa Lampu Hemat Energi Tenaga Matahari. Berbagi Terang tidak berhenti di sini tapi akan memulai kembali berusaha menerangi gelap gulita ke pelosok Indonesia, Sejalan dengan progam Kementerian ESDM yang memberikan akses energi terbaharukan ke pelosok negeri dengan program seperti Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) (cek programnya di www.esdm.go.id).
Edukasi Masyarakat Pedalaman mengenai Lampu Tenaga Surya.

Sebagai warga negara Indonesia kami ingin ikut mengambil peran, Kembali memberi sinar ke tanah paling timur negeri, Program pertama Berbagi terang telah memberikan Cahaya ke 139 jiwa di Desa Semeriot, Kalimantan Utara. Dengan terangnya lampu hemat energi tenaga surya, Sekarang adik-adik kita di sana telah merasakan betapa bahagaianya membaca buku di malam hari, Bahagianya makan bersama di malam hari, Bahagianya dapat beribadah di malam hari tanpa harus menghadapi kegelapan. 
Kali ini, Tanah paling timur negeri di papua kita masih belum memiliki cahaya yang memadai di malam hari. Desa ini adalah Desa Pepera, Kabupaten Pengunungan bintang. Seperti nama kabupatennya, di sini banyak terdapat bintang-bintang kecil, Dengan semangat belajar yang tinggi, Dengan harapan yang tinggi ingin membuka buku di malam hari, Harapannya yang besar untuk melihat ada cahaya yang menerangi rumah adik-adik kita di rumah mereka tetapi terhalang karena belum adanya akses energi yang menerangi. Perjalanan ke desa pepera harus di tempuh dengan pesawat ulak-alik untuk sampai di sana. Tetapi di salah satu derah tapal batas Desa Pepera ini, Kebutuhan dasar untuk merasakan kenikmatan akan akses penerangan di kala malam yang gelap gulita belum di rasakan. Di oksibil kabupaten Pegunungan Bintang sebenarnya kementerian ESDM telah membuat proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 1 MW dan melaksanakan program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), Namun daerah desa Pepera belum tercakupi di karenakan akses yang sulit dan daerah yang cukup jauh dari Oksibil. Terdapat 68 Kepala Keluarga di Pepera yang belum merasakan cahaya  di malam hari. Semangat adik-adik yang tinggi untuk mengerjakan PR dan membaca buku di malam hari menjadi motivasi tersendiri untuk menggerakkan hati ini untuk mewujudkan terang di pepera dan membantu melaksanakan program lanjutan berbagi terang. 
Desa Pepera, Kabupaten Pengunungan Bintang, Propinsi Papua.

Program di Pepera kami namakan dengan Judul Bintang Untuk Pepera, Harapannya dengan memberikan akses penerangan di desa pepera menggunakan energi surya sebagai sumber energinya akan membuat bintang-bintang kecil (a.k.a Adik-adik Pepera) dapat membuka buku di malam hari untuk belajar.
Akses yang sulit karena banyaknya pegunungan dan mobilisasi yang memerlukan waktu yang relatif lama dan jauh menjadikan energi terbaharukan sebagai solusi terbaik untuk memberikan akses penerangan di Desa Pepera, Dengan menggunakan energi terbaharukan masyarakat juga tidak perlu menebang hutan di sekitar atau membuka lahan untuk membuat Pembangkit seperti Pembangkit di perkotaan karena untuk menerangi setiap rumah mereka hanya perlu menggunakan panel surya sebagai penyimpan energi yang di konversikan menjadi energi listrik.
Bintang-Bintang Kecil Pepera
Kondisi Sekolah di Desa Pepera.

Akses energi listrik dan penerangan tidak hanya di rasakan oleh warga tetapi juga oleh generasi bangsa yang ada di pepera. Sekolah satu-satunya tempat belajar mereka juga akan merasakan itu, Penerangan dapat terus membakar semangat mereka untuk belajar, membangun harapan mereka untuk bercita-cita membangun desa lebih baik lagi. Energi terbaharukan memberi harapan bagi mereka untuk merasakan itu semua, Energi yang di hasilkan alam seperti matahari tidak akan habis dan membuat mereka merasakan manfaat yang tiada dua, yaitu Kehadiran akan penerangan.



Gadis mungil ini bernama Jawin, Saat ini Jawin sejatinya sedang duduk di kelas III, Namun semangatnya untuk belajar mendorong dia untuk lompat ke kelas Lima. Setiap hari sepulang mencari kayu di sore hari, Jawin beserta teman-temannya yang lain selalu bertamu kerumah gurunya untuk sekedar meminta soal dan PR. Semangat belajar Jawin ini tidak seharusnya di batasi oleh gelapnya malam di Desa Pepera.

Kami sangat menyakini, Di Desa Pepera saat ini sedang di didik calon pemimpin negeri ini, Bintang-Bintang kecil yang akan bersinar terang 20-30 tahun mendatang. Oleh karenanya, Memberi Mereka prasarana untuk belajar yang layak, Akses penerangan yang dapat di nikmati saat malam menjelang bukan lagi sekedar kewajiban pemerintah, Melainkan kita semua sebagai warga negara di Indonesia. Karena mereka saudara kita, Sudah selayaknya kenikmatan yang kita rasakan selama ini akan akses energi kita bagi ke saudara kita yang belum pernah melihat terangnya rumah mereka di malam hari.
Penggalangan dana untuk mewujudkan impian mereka melihat cahaya di gelapnya malam masih berlangsung di www.kitabisa.com/pepera.


Dengan adanya lampu tenaga surya yang menerangi pepera, Bantu adik-adik kita di Desa Pepera belajar lebih giat saat sang surya mulai tenggelam.



Salam #15HariCeritaEnergi


Yoga Pratama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Energi Panas Bumi Indonesia

Hallo Bosku! Kemarin di #15HariCeritaEnergi BangYog ngebahas tentang pemanfaatan panas bumi di Indonesia dan Dunia. Kali ini abang bakal ngebahas mengenai panas bumi Indonesia dan tantangannya dalam pengembangannya. Energi panas bumi sebagai energi terbaharukan masih memerankan posisi penting di Indonesia. Potensi Panas bumi di Indonesia mencakup 40% potensi panas bumi di dunia atau 28.910MW, Ini merupakan potensi terbesar yang di miliki Indonesia. Dengan terus memaksimalkan dan mengembangkan sumur-sumur panas bumi yang belum di produksi di masa yang akan datang, Indonesia akan memiliki fondasi penting dalam sektor energi terbaharukan dengan memanfaatkan energi panas bumi.  www.esdm.go.id Dari data di atas hanya 1.403,5 MW yang sudah terpasang dan terproduksi, masih ada 1.590 MW PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) yang masih belum terbit izin/persiapan lelang, dan 3.210 MW belum berproduksi yang tersebar dari pulau sumatera hingga timur maluku. Sebelum membahas

Refleksi 2018, Wacana 2019!

Sebuah resolusi menjadi wacana jika tidak terencana, Sebuah aksi menjadi biasa jika tak dilaksana, Janji juga tak berarti jika tak ada aksi nyata, Dan aspirasi tak tersampaikan jika tak diterapkan segera. Sama seperti wacana awal tahun, Yang rencana direalisasikan akhir tahun, Yang katanya akan lebih baik Taunya belum baik, Yang rencananya akan memulainya tapi terhambat alasan sederhana. Bagi yang sudah merealisasikan wacananya, Bersyukurlah pada yang maha kuasa, Bagi yang belum, Tetaplah berdoa dan berusaha. Apapun yang kalian rencanakan, Buat itu menjadi kebahagiaan kalian, Terus berusaha menjadi nadi yang seharusnya, Semoga kita selalu senantiasa menjadi yang terbaik, Untuk kita dan semuanya, Selamat menempuh awal yang baik dan bersiap memacu diri menjadi versi tertinggi diri sendiri. -BangYog-  Bukan termasuk mengumbar diri tapi Semoga bisa menjadi inspirasi, Dari resolusi 2018 lalu Semoga cerita ini bisa menjadi bukti bahwa tulisan

Day 1 IEA Forum, Menghirup Kenikmatan Di kota Paris

Denting jam terus bergulir, Abang sudah menyiapkan segala perlatan untuk memulai perjalanan panjang sejauh 14 jam ke benua biru. Berangkat dari Balikpapan abang menuju Surabaya kemudian menembus kota pahlawan menuju ke Kabupaten Malang untuk menghadiri undangan pernikahan salah satu Duta Wisata Malang yang dulu juga satu keluarga Duta wisata seluruh Indonesia, Tak lama di Malang, Abang hanya 2 hari kemudian kembali ke bandara Surabaya untuk terbang menuju ibu kota. Ahh, Suasana yang sudah biasa ketika sampai di Jakarta, Macet, Ramai dan padat. Keberangkatan abang memang baru esok hari, Sengaja memang untuk stay di Jakarta agar penantian beberapa bulan lalu berjalan sesuai rencana. Penantian setelah melewati gempuran mencari ide, Merangkai kata dalam tulisan, serta melakukan aksi yang sekaligus hobi yang sukses di tahap pertama. Di tahap kedua #15HariCeritaEnergi mengulas tulisan lewat presentasi yang diuji oleh juri dari berbagai kompetensi yang akhirnya membuat salah sat