Langsung ke konten utama

Ekspedisi Berbagi Terang. Terangkan Pelosok Indonesia Dengan Tenaga Surya

Hallo Bosku!
#15HariCeritaEnergi Hari ini BanYog akan ceritakan tentang Perjalanan mengenai Ekspedisi Berbagi Terang ke pedalaman Kalimantan.

Berbagi Terang Project

Sebagai masyarakat Indonesia sudah tugas kita untuk membantu sesama saudara kita. Bagi kita yang berada di kota besar akses energi listrik tentu sangat mudah di dapatkan, Tetapi bangaimana dengan saudara kita yang ada di pedalaman Indonesia yang belum mendapatkan akses energi listrik?
Dengan 17.508 pulau yang tersebar dari sabang sampai marauke masih sangat banyak energi yang belum terbagi secara rata, 2.519 desa di Indonesia masih gelap gulita berdasar data www.esdm.go.id.
Betapa masih banyak saudara kita di luar sana yang belum merasakan akses energi, Tahukah sobat pemerataan akses energi sama dengan pemerataan akses kesempatan, Kesempatan seorang anak yang ingin belajar di bawah cahaya terang, Kesempatan seorang nenek yang ingin membaca al-qur'an dan beribadah dengan nyaman, Kesempatan para ibu mempermudah menyiapkan makanan saat malam dan subuh menjelang, Kesempatan merasakan terang yang sama seperti kita rasakan di rumah kita. 
Foto: JIBI Indonesia
Pemerataan akses energi menjadi Pekerjaan Rumah bersama. Masyarakat, Pemerintah dan Korporasi perlu ikut terlibat dan mengambil peran. Dengan sulitnya akses ke pelosok desa, transportasi yang kurang memadai, dan resiko yang besar dalam pembangunan proyek menjadi pertimbangan sendiri untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat pedalaman. Energi Surya sebagai Terbaharukan menjadi salah satu solusi untuk memberikan persamaan energi ke pelosok negeri. Indonesia berada di garis khatulistiwa sehingga potensi matahari di Indonesia cukup tinggi, karena matahari selalu ada sepanjang tahun, dengan rata-rata bersinar 6 hingga 8 jam per hari, Sedangkan rata-rata lama penyinaran ideal yang dapat memproduksi listrik pada panel surya adalah 4 hingga 5 jam per hari. Potensi yang di miliki Indonesia lebih dari cukup untuk memanfaatkan energi surya sebagai sumber penerangan di pelosok desa Indonesia. Dengan memanfaatkan Lampu hemat Energi tenaga Matahari, akses penerangan akan lebih mudah dan lebih menjangkau pedalaman Indonesia. Pemerintah sesuai nawacita presiden joko widodo juga memiliki program pemanfaatan lampu tenaga surya ke masyarakat pedalaman. Tetapi kami tidak hanya ingin berdiam diri untuk ikut ambil peran berkontribusi akan penyebaran energi terbaharukan dan pemerataan akses energi.
Sebagai masyarakat dan anak muda sesungguhnya saya memiliki cita-cita untuk memberikan akses penerangan ke seluruh pelosok negeri dan desa tertinggal jika masih di beri kesehatan dan kekuatan. Melihat keadaan tersebut saya bersama rawikara Indonesia dan beberapa anak muda membuat program "Berbagi Terang". Tujuan dari program tersebut adalah memberikan akses penerangan dengan menggunakan lampu hemat energi tenaga matahari ke seluruh Indonesia. Program awal kami adalah memberikan akses listrik ke pedalaman Kalimantan Utara tempat bermukim suku dayak punan, semeriot. Dalam mewujudkan cita-cita kami dan melaksanakan program berbagi terang, Kami melakukan survey menyeluruh terhadap lokasi dan desa-desa yang belum teraliri energi listrik. Kemudian menentukan desa-desa yang akan di survey dalam program berbagi terang, survey pertama kami tertuju ke desa semeriot, Kalimantan Utara. Melihat masih belum ada penerangan di desa tersebut kami memutuskan memulai program kami dari Kalimantan. Desa ini terdiri dari 139 jiwa dengan 29 kepala keluarga yang di kenal dengan masyarakat suku dayak punan. Kendala awal dalam memulai proyek Berbagi Terang adalah pengumpulan dana, karena program ini memerlukan dana untuk membeli Lampu tenaga surya, Panel surya, dan peralatan lainnya. Kampanye kami untuk memenuhi target dana yang di butuhkan adalah dengan melakukan penggalangan dana secara online di Kitabisa.com/CahayaUntukPunan dan penggalangan secara Offline dengan dana gabungan dari masyarakat sekitar dan bekerja sama dengan berbagai komunitas dan perusahaan. Tidak hanya itu, kami juga memanfaatkan limbah jelantah yang kemudian di olah menjadi bahan bakar solar yang kemudian di jual kembali untuk memenuhi target pendanaan program Berbagi Terang. 

Fundrising Berbagi Terang.

Survey pertama untuk melihat kondisi desa telah di lakukan sejak bulan Mei 2017. Pada bulan Juli 2017 taget pendanaan tercapai dengan total dana lebih dari Rp 20.000.000. Dana yang terkumpul kami berikan berupa lampu hemat energi tenaga matahari ke masyarakat pedalaman kalimantan sebanyak 89 Buah lampu S20 tenaga matahari , dan 1 Set Panel surya dengan 4 lampu tenaga matahari yang akan di pasang di rumah ketua adat dan warga suku dayak punan semeriot. Setelah dana terkumpul, Pada tanggal 08 Agustus 2017 saya dan Tim Berbagi Terang (Rizky, Mba Errie, dan Mas Budi) memulai perjalanan menuju Pedalaman Kalimantan Utara untuk memberikan bantuan yang terkumpul ke desa tersebut. Persiapan tentu tidak hanya lampu tenaga matahari, tetapi kami juga menyiapkan bantuan peralatan dan buku tulis untuk ikut mengembangkan sekolah adat semeriot yang di kelola sahabat kami di pedalaman kalimantan. Perjalanan kami di mulai dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur di lanjutkan dengan penerbangan langsung menuju Bandara Juwata Kota Tarakan, Kalimantan Utara, sesampainya di Tarakan, kami menuju pelabuhan tarakan untuk memulai perjalanan laut menggunakan speedboat. Kami Menempuh 4 jam dari pelabuhan tarakan menuju ke sebuah kecamatan yang bernama sekatak, Dari kecamatan ini kami sempat bermalam sehari karena kondisi sudah mulai gelap dan sangat beresiko jika terus di lanjutkan. Matahari terbit di ufuk timur kami memulai perjalanan kembali dari Kecamatan Sekatak KalTara menuju desa semeriot pedalaman tujuan kami, Perjalanan memakan waktu 8-12 Jam Karena kami harus berjibaku melawan arus sungai dan hanya menggunakan kapal kecil dengan kapasitas maksimum 4 orang. Perjalanan dari sekatak tidak mudah, kapal kami terhenti berkali-kali karena terhalang batu-batu sungai dan air sungai yang dangkal, Kayuh dan Imppeller motor kami patah berkali-kali karena terhantam batu-batuan sungai. Setelah menghabiskan 3 jam perjalanan cuaca mulai mendung dan hujan lebat mulai membasahi kami, arus sungai yang semakin deras, angin yang semakin kencang, membuat perjalanan kami semakin menantang. Kondisi cuaca dan akses yang sangat sulit menjadi salah satu hambatan dalam penyediaan akses energi ke pedalaman. Hujan terus berlangsung hingga 7 jam kedepan, Setelah melewati itu semua dengan total perjalanan selama lebih dari 14 jam dari kota Balikpapan akhirnya kami sampai di desa tujuan kami, Desa Semeriot, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Bersama masyarakat sekitar kami di bantu bahu-membahu membawa bantuan lampu tenaga surya, buku-buku dan alat tulis, dan sembako. Dengan kondisi Tim yang basah kuyub dan seluruh peralatan juga demikian ada perasaan lega kami telah sampai di desa semeriot untuk menyerahkan bantuan dan melaksanakan program kami. Kondisi desa semeriot masi asri dengan aliran sungai bersih nan segar tapi tak terlihat ada bola lampu di rumah-rumah adat mereka, Sesampainya di Desa kami melakukan sosialisasi tentang manfaat penggunaan lampu hemat energi tenaga matahari di bantu dengan sahabat kami mba Sri sebagai penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa suku dayak punan. Beberapa masyarakat masih belum dapat menggunakan bahasa indonesia secara lancar, dan memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Kami menerangkan bahwa penggunaan lampu tenaga surya relatif mudah dan ramah lingkungan karena memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber energinya, Kami juga mengajarkan cara menggunakan lampu tenaga surya beserta cara perawatannya.
Sosialisasi Cara Penggunaan Lampu tenaga Surya.

Sosialisasi selesai, kemudian kami melanjutkan dengan pemasangan panel surya dan instalasi lampu di rumah ketua adat dan tempat berkumpulnya masyarakat biasanya melakukan rapat suku.

Pemasangan Tiang Panel Surya

Panel 4 Ulitium Light Kit yang terpasang.

Panel surya telah terpasang dan Hari mulai gelap, malam hari kami kemudian berkumpul kembali untuk membagikan bantuan lampu ke 29 kepala keluarga lainnya dan membagikan buku serta alat tulis ke adik-adik suku dayak punan semeriot. Kegiatan berlangsung lancar  dan suasana bahagia terpancar dari senyum mereka saat lampu mulai di bagikan. Cahaya lampu di desa semeriot menyala terang menandakan lampu yang sudah terpasang menerangi desa yang gelap gulita dengan lampu tenaga surya.
Kondisi sore hari sebelum lampu terpasang

Lampu S20 Tenaga Surya yang akan di bagikan ke Warga pedalaman.

Penulis menyerahkan simbolis bantuan ke kepala suku.

Kondisi setelah lampu tenaga matahari terpasang

Keadaan saat di terangi lampu tenaga surya.
Adik-adik dapat belajar dengan nyaman.

Malam itu tidak hanya sosialisasi dan pembagian lampu, kami bersama tim juga melakukan pengajaran ke adik-adik suku dayak punan untuk belajar membaca dan menulis di bantu dengan mba Sri di Sekolah Adat Punan Semeriot. Malam semakin larut 29 kepala keluarga dan tempat ibadah telah mendapatkan bantuan lampu tenaga surya. Keesokan harinya kami memulai hari dengan mengajar adik-adik suku dayak punan, antusiasme mereka sungguh besar, 1 jam sebelum jam pengajaran di mulai mereka sudah siap di tempat pengajaran membuat semangat kami kembali terpacu. Beberapa anggota Tim lain juga berbaur ke warga membantu warga yang masih perlu edukasi tentang penggunaan Lampu tenaga surya.

Suasana Edukasi ke Adik-adik suku dayak punan.

Pengajaran di sekolah adat dengan canda tawa adik-adik suku dayak punan terus berlangsung hingga selesai jam pengajaran, bantuan Lampu Tenaga Surya dari hasil donasi juga telah di salurkan. Tiga hari di pedalaman membawa kesan tersendiri, Tanpa di sadari Kami harus bersiap untuk kembali ke kota Balikpapan. Perjalanan pulang lebih mudah di banding saat kami berangkat karena tidak melawan arus sungai dan keadaan sungai tidak terlalu dangkal. Dari desa semeriot ke kecamatan sekatak hanya perlu setengah dari waktu kami berangkat, dari Kecamatan Sekatak kami melanjutkan ke Pelabuhan tarakan selama 3 jam. Sesampainya di Tarakan kami Sempat menginap selama satu hari. Kami memanfatkan waktu di sini juga untuk berdiskusi dan bersosialisasi dengan komunitas anak muda tarakan tentang program berbagi terang dan energi terbaharukan. Malam mulai larut diskusi berlangsung dengan penuh antusiasme dan kami akhiri dengan sesi berfoto bersama. Keesokan harinya kami kembali ke Kota Balikpapan. Tarakan penuh dengan kenangan, semoga bantuan yang di salurkan, sosialisasi yang berjalan dapat bermanfaat bagi kita semua dan memberikan cahaya di suku dayak punan pedalaman kalimantan.

Diskusi bersama Komunitas Kota Tarakan.

Program "Berbagi Terang" memerlukan kerjasama semua pihak mulai dari pemuda, masyarakat, pemerintah, dan perusahaan. Dengan tujuan memberikan akses listrik ke pelosok indonesia dan meningkatkan penggunaan energi terbaharukan di Indonesia kami berharap kontribusi kami sebagai masyarakat dapat bersama membangun Indonesia. Kementerian ESDM juga telah membuat program LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi) sebagai wujud untuk menyerbaran akses listrik ke daerah yang sulit di jangkau. Program Berbagi Terang sebagai program yang merupakan ide langsung dari anak muda dan masyarakat serta LTSHE dari kementrian ESDM merupakan program yang sangat baik ke depannya untuk menjadi kolaboraksi dalam mendukung penggunaan Energi Terbaharukan. Dengan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah saya yakin secara bertahap akses listrik energi terbaharukan akan menerangi seluruh pelosok Indonesia. Pembangunan Energi Terbaharukan di Indonesia bukan hanya tugas pemerintah sebagai pemangku kepentingan tetapi seluruh pihak juga harus berperan aktif. Sosialisasi ke masyarakat akan pentingnya penggunaan energi terbaharukan merupakan hal yang harus di lakukan agar program yang di berikan dapat berjalan baik dan informasi ke warga tentang program energi terbaharukan tersampaikan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan energi terbaharukan.

Program Berbagi Terang jilid pertama telah menerangi Desa Semeriot, Kabupaten Bulungan, Pedalaman Kalimantan Utara.
Sekarang Terang Tak Hanya Milik Kita Tapi Juga milik mereka masyarakat pedalaman Kalimantan Utara.

Perjalanan Berbagi Terang tak hanya berhenti di Jilid Pertama tapi akan berlanjut ke Berbagi Terang Jilid 2 di Pepera, Papua, dan harapannya akan menerangi seluruh Indonesia.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi.


Salam Berbagi Terang,



Yoga Pratama
@yogpratam

#15HariCeritaEnergi. Cek juga Program ESDM di www.esdm.go.id









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Energi Panas Bumi Indonesia

Hallo Bosku! Kemarin di #15HariCeritaEnergi BangYog ngebahas tentang pemanfaatan panas bumi di Indonesia dan Dunia. Kali ini abang bakal ngebahas mengenai panas bumi Indonesia dan tantangannya dalam pengembangannya. Energi panas bumi sebagai energi terbaharukan masih memerankan posisi penting di Indonesia. Potensi Panas bumi di Indonesia mencakup 40% potensi panas bumi di dunia atau 28.910MW, Ini merupakan potensi terbesar yang di miliki Indonesia. Dengan terus memaksimalkan dan mengembangkan sumur-sumur panas bumi yang belum di produksi di masa yang akan datang, Indonesia akan memiliki fondasi penting dalam sektor energi terbaharukan dengan memanfaatkan energi panas bumi.  www.esdm.go.id Dari data di atas hanya 1.403,5 MW yang sudah terpasang dan terproduksi, masih ada 1.590 MW PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) yang masih belum terbit izin/persiapan lelang, dan 3.210 MW belum berproduksi yang tersebar dari pulau sumatera hingga timur maluku. Sebelum membahas

Merangkai Mimpi, Bersinergi

Bonjour People! Mimpi adalah rangkaian cita-cita yang menjadi nyata jika disertai usaha, Mimpi setiap insan manusia memang tak ada batasnya begitu juga usaha kita. Pada akhirnya insan yang bisa meraih mimpi adalah ia yang mampu bertahan dan berusaha sejauh ia menggantungankan cita-citanya. Tulisan ini akan menceritakan salah satu rangkaian mimpi saya hingga hari ini. Berawal dari awal tahun 2017 saya mengikuti kompetisi #15HariCeritaEnergi yang diadakan Kementrian ESDM RI. Kompetisi ini merupakan kompetisi menulis tentang energi terbaharukan selama 15 hari berturut-turut. Selama beberapa bulan seleksi dari 400 peserta terpilih 10 finalis dari berbagai daerah, Saya menjadi satu-satunya peserta dari Kalimantan yang lolos pada saat itu dan kemudian di undang untuk menghadiri International Clean Energy Forum (ICEF) 2017 untuk menghadiri Youth Forum dan rangkaian tes selanjutnya yaitu presentasi tulisan. Saat Presentasi di ICEF 2017. Saya mengambil tema tentang memb

Day 1 IEA Forum, Menghirup Kenikmatan Di kota Paris

Denting jam terus bergulir, Abang sudah menyiapkan segala perlatan untuk memulai perjalanan panjang sejauh 14 jam ke benua biru. Berangkat dari Balikpapan abang menuju Surabaya kemudian menembus kota pahlawan menuju ke Kabupaten Malang untuk menghadiri undangan pernikahan salah satu Duta Wisata Malang yang dulu juga satu keluarga Duta wisata seluruh Indonesia, Tak lama di Malang, Abang hanya 2 hari kemudian kembali ke bandara Surabaya untuk terbang menuju ibu kota. Ahh, Suasana yang sudah biasa ketika sampai di Jakarta, Macet, Ramai dan padat. Keberangkatan abang memang baru esok hari, Sengaja memang untuk stay di Jakarta agar penantian beberapa bulan lalu berjalan sesuai rencana. Penantian setelah melewati gempuran mencari ide, Merangkai kata dalam tulisan, serta melakukan aksi yang sekaligus hobi yang sukses di tahap pertama. Di tahap kedua #15HariCeritaEnergi mengulas tulisan lewat presentasi yang diuji oleh juri dari berbagai kompetensi yang akhirnya membuat salah sat